tepatnya jam 8 malam kami berangkat meluncur ke bilangan sudut2 kota jakarta, dengan niat melakukan sesi pemotretan yang berlangsung dadakan karna permintaan dari seorang teman yang mau jadi artis katanya. pihak management nya meminta beberapa sample photo sebagai pertimbangan dan ditunjuk lah saya sebagai fotografernya.
tapi alangkah sialnya di tengah2 perjalanan keapesan menimpa kami. kendaraan berkaki empat sebagai transport tuk mengantar kami ke tekape tiba-tiba "ngambek". terpaksalah kami mencium bibir trotoar. ahh mungkin makhluk ini "haus". sahut teman sebelahku. sepeda yang lagi nyantai di pinggir pohon palm pun langsung ku genjot dan meluncur mencari penjual bensin eceran.
sekitar satu kilo dari tekape saya menemukan penjual bensin eceran yang sedang menunggu rajanya tuk menukar air berkahnya dengan rupiah. pakaian compang camping engga jauh beda dengan lapak kecilnya yang berada tepat di belakangnya yakni pembuangan sampah. miris dan simpati terlintas di dalam jiwa ini. berdiri dengan gagahnya monster-monster penghias ibu kota jakarta tepat di sebelah penjual bensin eceran itu. apartemen mewah dan hotel berbintang serta mal-mal tinggi menjulang dengan penjual bensin eceran yang beralaskan tidur di atas gulungan kain. sungguh perbandingan yang sangat menyedihkan.
well, back to topik itu hanya sebuah realita kehidupan yang sering kita temui di "kemewahan" sudut kota jakarta .
setelah dapat bensinnya saya langsung memutar balik dan menuju ke mobil. mengucur deras air yang keluar dari botol itu masuk ke dalam kerongkongannya yang dari tadi sudah kehausan, dengan harapan makhluk ini bisa bergerak dan kembali sadar.
ahh tidakk ternyata bukan itu kendalanya, tetap saja makhluk ini tak kunjung sadar. kekhawatiran makin memutari kami ternyata seisi mobil engga ada yang ngerti mesin. alaah mak kupikir si ando (temanku yang katanya mau jadi artis) yang sekaligus membrendel julukan "anak balap". hanya penikmat. dia hanya mencicipi casingnya saja tanpa mau menjamah elemen didalamnya.
tepatnya di depan citywalk sudirman mobil kami "tersungkur".kebingunan melanda kami, beberapa orang yang melintas sudah mencoba buat menolong, tapi kerusakan sudah tidak bisa di tolerir karna memakan biaya lumayan banyak buat menguras dompet tipis kami. yasudah kami pasrah dan hanya bisa berdoa semoga akan ada keajaiban datang menghampiri kami. "frustated", dua cecunguk mulai tertidur lelap mereka tidak sadar kalau di depan terbentang luas pemakaman angker "karet" namanya. yang sering belanja ke tanah abang pasti tau daerah ini.
tiga jam lamanya kami di sana, rasanya mata ini juga ingin berbaring tapi apa jadinya kalau kami bertiga tertidur semua, bisa-bisa di ciduk entah itu sama "begal" ataupun "polisi" keesokan paginya. tetapi yang lebih menakutkan lagi penghuni makam di samping tempat kami berhenti.
akhirnya saya ambil keputusan, karna beberapa sms dan telpon sudah saya luncurkan dengan ganasnya tapi teman-teman yang saya kenal belum bisa ngebantu. yaa karna waktu juga sudah menunjukkan pukul 2 pagi mungkin ada sebagian yang sudah melanjutkan aktifitasnya di pulau kapuk sana.
sentuhan lembut dari tangan ku membangun kan teman ku si ando, bicara sebentar dan akhirnya menyetujui ideku bahwa mobil ini harus segera di derek. mengacungkan tangan di sudut trotoar lalu berhentilah taksi yang saya inginkan buat ngederek makhluk nyusahin satu ini.
huhhh akhirnya saya jalan menuju pulang penderitaan akan segera berakhir, pemotretan yang berubah menjadi deretan kesialan. mungkin emank belom rejeki temen gw buat jadi artis "memang banyak rintangan kalau orang mau berada di angan". bisiknya temanku yang mau jadi artis itu. akan jadi pelajaran semua itu bahwa kendaraan juga punya perasaan dan membutuhkan perhatiaan maka alangkah baiknya di urus layaknya kita mengurus diri kita sendiri. bukan kepalang kalau sudah "ngambek" nyusahin nya bikin kepala "mandek"
tapi alangkah sialnya di tengah2 perjalanan keapesan menimpa kami. kendaraan berkaki empat sebagai transport tuk mengantar kami ke tekape tiba-tiba "ngambek". terpaksalah kami mencium bibir trotoar. ahh mungkin makhluk ini "haus". sahut teman sebelahku. sepeda yang lagi nyantai di pinggir pohon palm pun langsung ku genjot dan meluncur mencari penjual bensin eceran.
sekitar satu kilo dari tekape saya menemukan penjual bensin eceran yang sedang menunggu rajanya tuk menukar air berkahnya dengan rupiah. pakaian compang camping engga jauh beda dengan lapak kecilnya yang berada tepat di belakangnya yakni pembuangan sampah. miris dan simpati terlintas di dalam jiwa ini. berdiri dengan gagahnya monster-monster penghias ibu kota jakarta tepat di sebelah penjual bensin eceran itu. apartemen mewah dan hotel berbintang serta mal-mal tinggi menjulang dengan penjual bensin eceran yang beralaskan tidur di atas gulungan kain. sungguh perbandingan yang sangat menyedihkan.
well, back to topik itu hanya sebuah realita kehidupan yang sering kita temui di "kemewahan" sudut kota jakarta .
setelah dapat bensinnya saya langsung memutar balik dan menuju ke mobil. mengucur deras air yang keluar dari botol itu masuk ke dalam kerongkongannya yang dari tadi sudah kehausan, dengan harapan makhluk ini bisa bergerak dan kembali sadar.
ahh tidakk ternyata bukan itu kendalanya, tetap saja makhluk ini tak kunjung sadar. kekhawatiran makin memutari kami ternyata seisi mobil engga ada yang ngerti mesin. alaah mak kupikir si ando (temanku yang katanya mau jadi artis) yang sekaligus membrendel julukan "anak balap". hanya penikmat. dia hanya mencicipi casingnya saja tanpa mau menjamah elemen didalamnya.
tepatnya di depan citywalk sudirman mobil kami "tersungkur".kebingunan melanda kami, beberapa orang yang melintas sudah mencoba buat menolong, tapi kerusakan sudah tidak bisa di tolerir karna memakan biaya lumayan banyak buat menguras dompet tipis kami. yasudah kami pasrah dan hanya bisa berdoa semoga akan ada keajaiban datang menghampiri kami. "frustated", dua cecunguk mulai tertidur lelap mereka tidak sadar kalau di depan terbentang luas pemakaman angker "karet" namanya. yang sering belanja ke tanah abang pasti tau daerah ini.
tiga jam lamanya kami di sana, rasanya mata ini juga ingin berbaring tapi apa jadinya kalau kami bertiga tertidur semua, bisa-bisa di ciduk entah itu sama "begal" ataupun "polisi" keesokan paginya. tetapi yang lebih menakutkan lagi penghuni makam di samping tempat kami berhenti.
akhirnya saya ambil keputusan, karna beberapa sms dan telpon sudah saya luncurkan dengan ganasnya tapi teman-teman yang saya kenal belum bisa ngebantu. yaa karna waktu juga sudah menunjukkan pukul 2 pagi mungkin ada sebagian yang sudah melanjutkan aktifitasnya di pulau kapuk sana.
sentuhan lembut dari tangan ku membangun kan teman ku si ando, bicara sebentar dan akhirnya menyetujui ideku bahwa mobil ini harus segera di derek. mengacungkan tangan di sudut trotoar lalu berhentilah taksi yang saya inginkan buat ngederek makhluk nyusahin satu ini.
huhhh akhirnya saya jalan menuju pulang penderitaan akan segera berakhir, pemotretan yang berubah menjadi deretan kesialan. mungkin emank belom rejeki temen gw buat jadi artis "memang banyak rintangan kalau orang mau berada di angan". bisiknya temanku yang mau jadi artis itu. akan jadi pelajaran semua itu bahwa kendaraan juga punya perasaan dan membutuhkan perhatiaan maka alangkah baiknya di urus layaknya kita mengurus diri kita sendiri. bukan kepalang kalau sudah "ngambek" nyusahin nya bikin kepala "mandek"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar