Selasa, 20 April 2010

Shutter Speed, Aperture dan ISO

Teknik Dasar Fotografi Digital : 

Bagian 1 - Shutter Speed

Fotografi digital memudahkan kita memahami dunia fotografi, hasil jepretan langsung bisa di review melalui jendela LCD, sehingga kita bisa mengevaluasi hasil jepretan, karena data teknis yg berkaitan dengan Jepretan tadi terlihat dan terekam, berbeda dengan Fotografi Konvensional, dimana kita harus mencetaknya dulu baru dapat melihat, me-review dan mengevaluasi hasil jeperetan, data teknis-nya pun kita harus mencatatnya terlebih dahulu, sehingga butuh banyak biaya dan waktu yg terbuang untuk bisa memperbaiki kemampuan fotografi kita

Seni Fotografi digital bisa diibaratkan sebagai melukis dengan cahaya, dalam hal ini kamera dan Lensa yang menggantikan peran kuas dan cat. Ada dua hal yg memegang peranan terpenting dalam kamera dan lensa, yaitu Shutter Speed dan Aperture

Shutter Speed adalah lamanya waktu yg diperlukan untuk menyinari sensor CMOS ato CCD pada kamera digital, dan Film pada kamera konvensional. Pada Kemera tertera angka-angka 250,125,60,30,15 dst. Ini berarti lamanya penyinaran adalah 1/250 detik, 1/125 detik, 1/60 detik, dst.

Semakin besar angkanya berarti semakin cepat waktu yg digunakan, hal ini akan menciptakan efek diam (freeze), misalnya kita akan memotret objek yg sedang bergerak, misal mobil, dengan efek diam, kita memerlukan setidaknya shutter speed diatas 1/125 detik

Sebaliknya bila kita akan memotret objek tersebut dengan efek bergerak, maka dibutuhkan shutter speed kurang dari 1/125 detik, sebaiknya dilakukan dengan cara mengikuti arah gerak objek, hal ini disebut teknik panning,

Dua hal diatas tergantung juga dari kecepatan objek tersebut bergerak, semakin cepat objek bergerak, berarti semakin tinggi shutter speed yg dibutuhkan agar memperoleh efek diam atau bergerak yang kita inginkan, Perlu diperhatikan, semakin rendah shutter speed, akan mengakibatkan semakin besar juga kemungkinan terjadinya camera shaking, yg akan mengakibatkan hasil jepretan menjadi goyang dan tidak tajam

Agar aman, gunakan shutter speed diatas 30 atau 1/30 detik, kalo memang menginginkan shutter speed lebih rendah, misal 1/15 detik, 1/8 detik ato yg lebih rendah, gunakan gunakan penyangga ato tripod

Bagian 2 – Aperture

Setelah membahas Shutter Speed pada bagian pertama artikel ini, Elemen lain yg tidak kalah penting dalam fotografi adalah Aperture, Aperture Adalah ukuran bukaan lensa yang berfungsi memasukkan dan meneruskan cahaya ke film atau sensor. ukuran besar kecilnya diatur melalui diafragma. Pada kamera umumnya tertera 2,8; 4; 5,6 dst. angka2 tersebut dikenal sebagai f-number, jadi disebut aperture (bukaan) f/2,8; f/4; f/5,6 dst. Semakin besar aperture semakin kecil f-numbernya dan semakin kecil pula diameter bukaannya, jadi f/16 lebih kecil diameternya daripada f/5,6

Cara kerja aperture mirip pupil pada mata manusia, semakin banyak cahaya yang masuk, semakin kecil diameter pupil, begitu pula sebaliknya. Aperture sangat berhubungan dengan ruang tajam atau depth of field, semakin besar f-number, misal f/22, rentang ketajaman akan semakin lebar. Artinya objek di belakang dan di depan fokus utama memiliki ketajaman yang baik. sebaliknya kita akan mendapatkan efek blur/buram untuk objekdi depan dan dibelakang fokus utama jika menggunakan f-number kecil, misal f/2,8

Shutter speed dan aperture harus bersinergi untuk mendapatkan exposure yang tepat. Peranan ISO juga penting, semakin tinggi ISO yang digunakan, maka kepekaan terhadap cahaya pun makin besar, sehingga pada pencahayaan kurang pun, shutter speed maupun aperture masih dapat digunakan secara maksimal. Tapi perlu diingat, semakin tinggi ISO yang digunakan, akan semakin tinggi tingkat noise ataupun grain yang dihasilkan

Untuk mengetahui apakah exposure sudah tepat atau belum, pada kamera digital ato konvensional tersedia fasilitas metering. Sehingga terjadinya over exposure (kelebihan pencahayaan) atau under exposure (kekurangan pencahayaan) dapat diminimalkan.

Setelah teknik dasar dapat dikuasai, berikutnya yg dibutuhkan adalah jam terbang, karena seni fotografi identik dengan momen, dan momen yg baik tidak mudah terulang, kepiawaian menentukan komposisi dan sudut ambil gambar dapat berkembang seiring jam terbang, kemudian perbanyak referensi dari, buku, internet, maupun sumber2 lain. Bagaimana bagus dan canggihnya sebuah kamera, hanya merupakan sebuah alat, yg menentukan adalah orang yg berada di belakang kamera

Bagian 3 - ISO

Bagaimana cara anda menggunakan kamera digital? Apakah sekedar menggunakan setting automatic dan mengambil foto? Tidak ada yang salah dengan cara itu. Umumnya jika kita cukup telaten mengambilnya, setting otomatis sudah cukup bagus.

Namun mengubah setting secara manual dapat memberikan efek yang lebih. Salah satu setting yang dapat dilakukan pada hampir semua kamera saku digital adalah ISO.


ISO adalah simulasi dari ASA pada kamera film. ASA 100, ASA 400, dsb disimulasikan dengan ISO 100, ISO 400, dsb. Makin tinggi ISO, maka akan semakin peka terhadap cahaya. Namun ISO yang tinggi akan menghasilkan foto yang grainy atau berbintik-bintik. Kita tidak perlu mengganti film untuk kepekaan yang berbeda, tentu saja. Jika kita mengatur secara otomatis, kamera akan menyesuaikan dengan kondisi yang dianggap optimal. Pada siang hari, bisa saja ISO yang digunakan 64, meski setting manual untuk itu tidak ada.

Pada kamera saku digital saya, ada beberapa pengaturan: 100, 400, 800, 1600, 3200, 6400, dan 10000. Umumnya kamera digital hanya sampai ISO 800 atau maksimal 3200. Lebih dari 800, seringkali hasilnya memang sangat kasar. Berhati-hatilah jika menggunakan ISO yang tinggi.

Berikut hasil foto pada objek yang sama dengan ISO yang berbeda. Perhatikan pada ISO tinggi hasilnya semakin terang.

Iso 400


ISO 800


ISO 1600


ISO 3200

Tidak ada komentar: